Berawal dari Kehidupan

Berisi tentang Biografi Tokoh, Motivasi, Pendidikan, Wisata

Honda CR-Z Terpilih Car of the Year 2012

KUALA LUMPUR  — Honda CR-Z terpilih menjadi Car of The Year versi majalah otomotif Autocar ASEAN yang berbasis di Malaysia. Honda CR-Z juga dinobatkan sebagai Best Hybrid.
Penghargaan yang berlangsung untuk kesembilan kalinya ini mengambil basis kendaraan baru yang diniagakan di Malaysia. Honda CR-Z mampu mengalahkan 20 finalis hasil pilihan dewan juri.
“Ini menunjukkan Honda CR-Z mampu membius segala pasar termasuk di Malaysia dan kawasan ASEAN,” cetus Honda Australia Director and General Manager Sales and Marketing, Stephen Collins.
Sebelumnya, CR-Z telah menyabet beberapa penghargaan antara lain Japan Car of The Year 2010, 2012 Design Award untuk katagori otomotif dan transportasi dari Australian International Design Awards serta Top Gear Green Car of the Year.

Terima Kasih telah membaca Honda CR-Z Terpilih Car of the Year 2012 di blog sederhana dan kesayangan anda semua Berawal Dari Kehidupan Rating 5.0

Ducati Multistrada Milik Bruce Willis laku Terjual Ribuan Dollar


Ducati Multistrada 1000DS milik Bruce Willis sengaja dijual melalui lelang untuk membantu kegiatan sosial yang diinisiasi oleh Boot Campaign. Terjual dengan tawaran tertinggi US$ 6.250 atau sekitar Rp 61 jutaan.
Harga tersebut sedikit di atas harga pasaran untuk Multistrada 1000DS lansiran 2005. Dengan kondisi masih sangat terawat. Bahkan, baru digunakan sejauh 285 mil atau 458,66 kilometer oleh aktor ‘Die Hard’.
Sepeda motor lainnya milik Willis akan dilelang setiap dua bulan, berikutnya dimulai pada Februari. Koleksi sepeda motor lain yang akan dilelang adalah Yamaha XT350 lansiran 1991,Yamaha TW200 racikan 1998, Harley-Davidson Sportster Ironhead XLH tahun 1972 dan Cushman Eagle tahun 1962.
Boot campaign memberikan bantuan untuk untuk para veteran perang, membantu anggota militer terluka dan mendapatkan pekerjaan, memperoleh hipotek bebas perumahan dan menerima konseling.

Terima Kasih telah membaca Ducati Multistrada Milik Bruce Willis laku Terjual Ribuan Dollar di blog sederhana dan kesayangan anda semua Berawal Dari Kehidupan Rating 5.0

Kisah Virus Cinta


Cinta, duuuh cinta... 

Virus cinta emang bisa bikin blingsatan dan jungkir balik gak karuan. Uring-uringan, hingga makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Bahkan dapat merubah pribadi seseorang, yang awalnya benci banget kata-kata puitis nan manis, mendadak jadi pujangga yang pandai menebar janji tuk memikat hati. 



Sambil bersimpuh dengan seikat bunga mawar ditangan, sang pujangga pun merayu sang pujaan, "Duhai belahan hati, tak dapat kuhidup tanpa dirimu di sisi." 

Kadang ia bergaya bagaikan bintang film India, "Adinda..., belahlah dadaku ini, kan kau lihat ada dirimu di sana." 

Sang gadis pun tersipu malu, hidung kembang-kempis dan jempol kaki jadi gede, "Idih... abang bisa aja nih." 

Tak peduli siang malam, yang dipikirkan hanya juwita sayang impian seorang. Tak tahan dengan rayuan maut sang pujangga karbitan, si gadis pun langsung jatuh cinta. Jiwa terbang ke awang-awang, bermain dengan bintang gemintang. 

Akhirnya, adik jadi milik abang seorang. 

Cihuiii... nikah juga!!! 

Pesta tiga hari tiga malam pun diadakan, ngikutin tradisi bintang-bintang sinetron atau anak orang-orang kaya. Meriah, dengan orkes dangdut setiap malam yang memekakkan telinga, juga tak ketinggalan pemutaran layar tancap di depan rumah. 

Tamu-tamu begitu banyak yang datang, dan tak henti-hentinya ucapan selamat dihaturkan, "Duuh neng, cantiknya...," seraya tangan mencubit gemes pengantin perempuan. 

"Aduuh!" ternyata nyubitnya sakit juga, sambil ngedumel dalam hati, "Iih... luntur deh make-up, nih ibu reseh banget sih!" 

Tapi senyuman masih mengembang, memikirkan banyaknya amplop yang akan diterima, dan kembali berbisik dalam hati, "Sudah tradisi...," menirukan iklan produk biskuit di tivi. 

Rasa puas serta bahagia terpancar dari kedua pasangan, dan tentu saja keluarga besar. Bangga, bisa membuat pesta gede-gedean karena katanya itu simbol kaum terhormat dan kaya raya.

Rencana bulan madu pun tak lupa dipikirkan, "Bang, ntar kita bulan madu kemana?" tanya istri sambil bergelayut manja. 

"Kemana aja boleh, terserah adikku sayang," sambil mencium pipi dengan mesra, muaaah! Maklum, pengantin baru. 

"Huu... yang benar dong jawabnya," pura-pura merajuk. 
"Kalo ke bulan, adik mau ikut?" 
"Ikuuut...," sambil memegang erat tangan kekanda tercinta. 
Aih... aih... 

* * * 

Cinta, duuuh cinta... 
Di awal pernikahan duhai sungguh indah, sayang-sayangan yang bikin mabuk kepayang. Makan saling suap-suapan, di jalan pun tangan saling bergandengan, hingga kadang membuat iri yang belum menemukan pasangan. Tak lupa foto adinda yang sedang tersenyum dipajang di meja kerja, dielus-elus saking cintanya, karena tak sabar ingin segera pulang ke rumah. 

Jam kerja kadang digunakan untuk telpon-telponan, "Lagi ngapain, honey?" 
Karena masih pengantin baru, masih gede rasa cemburu. 
"Hani? Siapa tuh Hani? Kan namaku bukan Hani, pacar baru lagi ya?" 
Hiks... hiks... hiks... 
Hah??? 

* * * 
Waktu berlalu, hari berganti hari hingga tahun berganti tahun. Layaknya sebuah kehidupan, tentu ada pasang surut. Roda pun tak selalu di atas, selalu ganti berputar. Begitu juga perjalanan bahtera rumah tangga anak manusia, kadang manis tak jarang pula sebaliknya. 

Gejolak cinta di masa muda yang begitu bergelora untuk mendapatkan pasangan jiwa lalu berganti dengan keluh kesah, hingga bosan pun meranggas cinta. Suami yang dulu begitu mesra, perlahan mulai lupa dengan yang di rumah. Sang istri kini lebih sering merenung sambil bersenandung lagu Kemesraan-nya Franky Sahilatua, berharap kemesraan yang dulu janganlah cepat berlalu.

Istri kadang sendirian, karena kekanda tercinta suka pulang larut malam. Makan malam yang dihidangkan pun kini tak lagi disentuh, karena restoran telah menjadi pilihan. Dilayani pelayan-pelayan yang berpenampilan rapih, bagi sang suami lebih menyenangkan daripada disambut istri yang wajahnya penuh dengan masker bengkoang dan celemek kucel penuh bau masakan beraneka-ragam. Bahkan tak jarang kepala bermahkotakan rol rambut aneka warna.

Ah... Rumah tangga kini tak lagi tampak mesra. Suami yang dulunya selalu berjanji sehidup semati, kini lain di bibir, lain di hati. Sindir menyindir sering jadi luka yang menyayat pedih.

* * *
"Neng... manusia itu tak ada yang sempurna, semua pasti ada kekurangannya," nasehat Wak Haji di mushola kecil yang diapit rumah-rumah mewah di kompleks perumahan tersebut.

"Suami istri saling cekcok atau bertengkar itu hal yang biasa," beliau kembali menambahkan. 
"Wak Haji juga dong?" cepat memotong. 
"Lha iya, emang saya bukan manusia?" Wak Haji menjawab sambil mesem-mesem. 
"Lho, mestinya Wak Haji ngasih contoh yang baik, masak udah haji kok bertengkar?" 
Lalu kembali berkomentar, "Kalo Wak Haji yang udah tua gini masih juga suka berantem, lha kita yang muda ini nyontohnya ke siapa? Wak Haji mikir dong, mikir...!" 

Wuaaah...!!! 

"Aih... aih... Wak Haji gitu aja marah, terusin deh" senyum-senyum. 
Sambil menahan gemes, Wak Haji pun melanjutkan, "Neng juga harus inspeksi diri sendiri..." 
"Mungkin introspeksi ya Wak, maksudnya?" membenarkan. 
"Oh iya, ya itu..., Neng juga harus intrupsi" 
"Introspeksi Wak, bukan intrupsi!" kembali membenarkan, sembari menahan kesal. 
"Aduuh... susah ya pakai istilah tingkat tinggi, apa tadi, inflasi?" Wak Haji bertanya kembali. 

Wuaaah...!!! 

"Aih... aih... Neng, gitu juga marah, he... he... he...," Wak Haji terkekeh-kekeh, girang banget bisa membalas. 

"Tak ada gading yang tak retak, demikian juga rumah tangga. Lautan masih terlalu luas terbentang, ribuan karang siap menghadang, ombak pun kadang menerjang. Karena itu semua persoalan tak hanya dapat dipecahkan dengan cinta, tapi juga butuh sikap dewasa," nasehat Wak Haji. 

Kembali beliau menambahkan, 

"Untuk bersikap dewasa harus ada yang namanya ujian. Nah..., jadikan ujian itu sebagai pernik-pernik dalam pernikahan, ia akan menjadi indah saat setiap pasangan menyikapinya dengan dewasa, bukan dengan amarah. Sikap dewasa akan menyuburkan cinta, sehingga istri atau suami akan lebih mengutamakan pasangannya. Misalnya nih contoh gampangnya, kadang si istri lebih senang berdandan untuk orang lain daripada suaminya, atau sebaliknya." 

"Maksudnya Wak Haji?" bertanya, karena belum jelas. 
"Iya, coba si Neng inspeksi, eh... apa tadi, inflasi?" sahut Wak Haji seraya membenarkan letak kopiahnya. 
"Idih mulai lagi nih, introspeksi, Wak Haji" sambil menahan senyum. 

"Eh iya, si Neng coba introspeksi diri, apa iya kalo dandan di rumah juga seperti ini? Padahal Islam menganjurkan kalo berdandan untuk suami di rumah itu jauh lebih baik daripada untuk orang lain," nasehat Wak Haji bagaikan air bening yang merembes di telaga hati. 

Si Neng hanya terdiam, membenarkan. Kemudian ia merenung betapa indah, bahkan teramat indah Islam mengajarkan syariat kepada para pemeluk-Nya, hingga mengatur hal-hal yang sangat sederhana. Ia tertunduk malu, karena terkadang terlalu berlebihan berdandan untuk orang lain saat keluar rumah, padahal yang lebih utama semestinya itu adalah hak kekanda, sang belahan jiwa. 

* * * 

Krek... Suara pintu dibuka, suami tercinta baru pulang kerja. 
"Aih... aih..., mau kemana malam-malam begini?" tanya suami curiga, melihat istri yang berdandan begitu cantiknya. 

Ia hanya diam, dan tersenyum manis sementara kekanda tercinta masih bengong, menatap tak percaya. 

"Nggak kemana-mana, emangnya gak boleh tampil cantik di rumah?" jelas adinda sambil mengedipkan genit sebelah matanya.

"Kata Wak Haji, istri itu harus melayani suami dengan baik, termasuk tampil cantik saat ia ada di rumah," menirukan apa yang telah didengarnya di mushola. 

Suami terharu, aaah... ia memang telah tampil beda. Suami pun sadar bahwa dirinya dan juwita tercinta memang sudah beranjak jauh dari masa-masa muda yang penuh gelora, tapi kekuatan cinta akan selalu menjadikan seseorang berusaha memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya. Sang pujangga lalu berjanji dalam hati, untuk selalu menjadi pujangga cinta bagi adinda, sang belahan jiwa. 

"Abang...," istri berkata perlahan. 

Dalam hati sudah mengira, pasti adinda akan meminta maaf atas segala kekhilafan yang dilakukannya, sehingga dengan cepat ia berkata, 

"Sudahlah dek, abang juga salah, suka mengabaikan tanggung jawab di rumah," terharu, mata tambah berkaca-kaca. 

"Aih... aih..., emangnya saya mau ngomong apa," gerutunya dengan manja, "Cuma mau nanya, kan udah awal bulan, uang gajiannya mana?" 

Hah..???

-------
Abdurrahman bin ‘auf mengatakan,aku mendengar bahwa rasulullah bersabda: "AYYUMAMRA-ATIN ‘ABASAT FII WAJHI ZAUJIHAA ILLAA QAAMAT MIN QABRIHAAMUSWADDATALWAJHI".(al hadits) "Mana saja isteri yang bermuka masam di depan suaminya,kelak ia di bangkitkan dari kuburnya dalam keadaan berwajah hitam".

Jika Anda tersentuh dengan Kisah di atas, tolong “share” cerita ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.

KLIK lalu LIKE ===> Kisah Dan Hikmah


Terima Kasih telah membaca Kisah Virus Cinta di blog sederhana dan kesayangan anda semua Berawal Dari Kehidupan Rating 5.0

Kisah malaikat dan pengusaha

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."
Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

***

Sahabatku, cerita ini hanyalah sebuah gambaran agar kita lebih instropeksi diri. Saya membayangkan ketika diri saya mati nanti, apakah orang disekeliling saya akan kehilangan, atau sebaliknya mereka mengabaikan atas kematian saya, atau yang paling parah apakah mereka bersyukur malah?

Ah.. mumpung kita masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang2 disekitar kita, kaena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Dan satu lagi, janganlah Kita meremehkan sedekah, sesuai cerita diatas, justru sedekahnya yang menyelamatkan pengusaha tersebut...

Subhanallah..
---------------------
Jika Anda tersentuh dengan Kisah di atas, tolong “share” cerita ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.

KLIK lalu LIKE ===> Kisah Dan Hikmah


Terima Kasihtelah membaca Kisah malaikat dan pengusaha di blog sederhana dan kesayangan anda semua Berawal Dari Kehidupan Rating 5.0

Kematian (Ternyata) Tak Datang Tiba-Tiba


Ketika satu per satu sahabatku pergi meninggalkanku… Menuju alam yang belum pernah kuketahui wujudnya. Aku masih juga belum ter sadarkan. Kematian itu datang tak mengetuk pintu. Mencerabut manusia dari orang-orang terkasihnya tak peduli ia miskin atau kaya,tua atau muda,sengsara atau bahagia,siap atau tak siap menyambutnya. Masih saja aku bergeming. Menganggap kematian itu masih jauh dariku. Kematian adalah milik orang lain. 


Aku? Entah lah..Yang jelas aku yakin ia masih jauh dariku. Lihat saja tubuhku yang bugar,lenganku yang kokoh,pandangan mataku yang tajam,langkah kakiku yang tegap, tak ada satu pun yang menunjukkan bahwa aku pantas dijemput maut. Aku senantiasa menjaga kebugaran tubuhku. Olahraga dan suplemen vitamin menjadi makananku sehari-hari. Pun check up rutin kulakukan setahun sekali. Sungguh,saat ini aku tak yakin kematian akan menghampiriku. 

Hingga sore tadi tubuhku tiba-tiba menggigil. Bukan,bukan karena sakit,karena seperti kubilang tadi,aku rajin berolahraga,minum vitamin,dan berobat rutin ke dokter. Aku tergetar oleh sebuah pesan singkat yang singgah di selulerku. Seorang sahabat (lagi-lagi) meninggalkanku tanpa pamit. 

Seorang sahabat yang pagi tadi masih kunikmati tawanya yang berderai-derai,tegap badannya yang gagah,langkah kakinya yang tegap,pandangan matanya yang tajam… Oh kematian…pelajaran apa yang hendak kau bagi kali ini? 
Bahwa kematian itu datang tiba-tiba? 
Bahwa kita tak pernah tahu kapan ia menjemput kita? 
Bahwa kematian tak mungkin datang kita di usia yang masih belia? Benarkah? 

Bukankah Dia telah mengingatkan kita dalam kitab-Nya yang sempurna bahwa tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati? Bukankah Dia juga mengingatkan melalui lisan utusan-Nya yang mulia bahwa orang yang paling cerdas diantara kita adalah yang paling banyak menyiapkan bekal untuk kehidupan akhiratnya? Bukankah Dia telah ‘memvonis’ saat kepulangan kita seiring Ia hembuskan ruh di jasad kita? Sungguh,berulang kali Dia mengingatkan kita akan satu kepastian ini. 

Masihkah kita menganggap bahwa kematian itu datang tiba-tiba?

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran [3]: 145)

---------
Jika Anda tersentuh dengan Kisah di atas, tolong “share” cerita ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.

KLIK lalu LIKE ===> Kisah Dan Hikmah


Terima Kasih telah membaca Kematian (Ternyata) Tak Datang Tiba-Tiba di blog sederhana dan kesayangan anda semua Berawal Dari Kehidupan Rating 5.0

Kisah Kejujuran Penjaga Kebun Anggur


Alkisah ada seorang penjaga kebun buah-buahan bernama Mubarok. Dia adalah orang jujur dan amanah. Sudah bertahun-tahun ia bekerja di kebun tersebut.


Suatu hari majikannya, sang pemiliki kebun, datang mengunjungi kebunnya. Ia sedang mengalami masalah yang pelik dan sulit untuk dicarikan jalan keluarnya. Putrinya yang sudah beranjak dewasa tumbuh menjadi se
orang gadis yang cantik dan banyak pria yang ingin mempersuntingnya.



Yang menjadi permasalahan baginya adalah semua laki-laki yang ingin mempersunting putrinya adalah kerabat dan teman dekatnya. Ia harus memilih salah satu dari mereka, tetapi ia khawatir jika menyinggung bagi kerabat yang tidak terpilih.



Sambil beristirahat dan menenangkan pikiran, ia mencoba mencicipi hasil kebunnya. Dipanggillah Mubarok, penjaga kebun itu.



“Hai Mubarok, kemarilah! Tolong ambilkan saya buah yang manis!” perintahnya.



Dengan sigap Mubarok segera memetik buah-buahan yang diminta, kemudian diberikan kepada majikannya.



Ketika buah tersebut dimakan sang majikan, ternyata rasanya masam sekali. Majikan Mubarok berkata, “Wahai Mubarok! Buah ini masam sekali! Berikan saya buah yang manis!” pinta sang majikan lagi.



Untuk kedua kalinya, buah yang diberikan Mubarok masih terasa masam. Sang majikan terheran-heran, sudah sekian lama ia mempekerjakan Mubarok, tetapi mengapa si penjaga kebun ini tidak mampu membedakan antara buah masam dan manis? Ah, mungkin dia lupa, pikir sang majikan. Dimintanya Mubarok untuk memetikkan kembali buah yang manis. Hasilnya sama saja, buah ketiga masih terasa masam.



Rasa penasaran timbul dari sang majikan. Dipanggillah Mubarok, “Bukankah kau sudah lama bekerja di sini? Mengapa kamu tidak tahu buah yang manis dan masam?” tanya sang majikan.



Mubarok menjawab, “Maaf Tuan, saya tidak tahu bagaimana rasa buah-buahan yang tumbuh di kebun ini karena saya tidak pernah mencicipinya!”



“Aneh, bukankah amat mudah bagimu untuk memetik buah-buahan di sini, mengapa tidak ada satu pun yang kaumakan?” tanya majikannya.



“Saya tidak akan memakan sesuatu yang belum jelas kehalalannya bagiku. Buah-buahan itu bukan milikku, jadi aku tidak berhak untuk memakannya sebelum memperoleh izin dari pemiliknya,” jelas Mubarok.



Sang majikan terkejut dengan penjelasan penjaga kebunnya tersebut. Dia tidak lagi memandang Mubarok sebatas tukang kebun, melainkan sebagai seseorang yang jujur dan tinggi kedudukannya di mata Allah SWT. Ia berpikir mungkin Mubarok bisa mencarikan jalan keluar atas permasalahan rumit yang tengah dihadapinya.



Mulailah sang majikan bercerita tentang lamaran kerabat dan teman-teman dekatnya kepada putrinya. Ia mengakhiri ceritanya dengan bertanya kepada Mubarok, “Menurutmu, siapakah yang pantas menjadi pendamping putriku?”



Mubarok menjawab, “Dulu orang-orang jahiliah mencarikan calon suami untuk putri-putri mereka berdasarkan keturunan. Orang Yahudi menikahkan putrinya berdasarkan harta, sementara orang Nasrani menikahkan putrinya berdasarkan keelokan fisik semata. Namun, Rasulullah SAW mengajarkan sebaik-baiknya umat adalah yang menikahkan karena agamanya.”



Sang majikan langsung tersadar akan kekhilafannya. Mubarok benar, mengapa tidak terpikirkan untuk kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Islamlah solusi atas semua problematika umat manusia.



Ia pulang dan memberitakan seluruh kejadian tadi kepada istrinya. “Menurutku Mobaroklah yang pantas menjadi pendamping putri kita,” usulnya kepada sang istri. Tanpa perdebatan panjang, sang istri langsung menyetujuinya.



Pernikahan bahagia dilangsungkan. Dari keduanya lahirlah seorang anak bernama Abdullah bin Mubarok. Ia adalah seorang ulama, ahli hadis, dan mujahid. Ya, pernikahan yang dirahmati Allah SWT dari dua insan yang taat beribadah, insya Allah, akan diberi keturunan yang mulia.

-->


Terima Kasih telah membaca Kisah Kejujuran Penjaga Kebun Anggur di blog sederhana dan kesayangan anda semua Berawal Dari Kehidupan Rating 5.0

Kisah Lamaran Salman Al Farisi


SALMAN Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.


”Subhanallaah.. wal hamdulillaah...” girang Abud Darda' mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan.


Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.


”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya,” fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.


”Adalah kehormatan bagi kami,” ucap tuan rumah. ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami,” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.


”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”


Jelas sudah. Keterus terangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.


”Allahu Akbar!” seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”


***


Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.


Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan... Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Kata orang Jawa, ”Milik nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis... (SAF)


------------------
Jika Anda tersentuh dengan Kisah di atas, tolong “share” cerita ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.



KLIK lalu LIKE ===> Kisah Dan Hikmah

-->


Terima Kasih telah membaca Kisah Lamaran Salman Al Farisi di blog sederhana dan kesayangan anda semua Berawal Dari Kehidupan Rating 5.0

Kisah Renungan, Tak Ada orang yang sempurna


Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya berlangsung sangat megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. 


Setiap pasang mata
 yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai. Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. 


"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..." Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. 


"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman... Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir... 
"Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya. 
"Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya. 
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia. 



"Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu". Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang..." Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. 


Bahwa suaminya menerimanya apa adanya... Ia menunduk dan menangis... Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita? 


Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk. Mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.


Subhanallah..


---------------
Jika Anda tersentuh dengan Kisah di atas, tolong “share” cerita ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.


Sumber : Kisah dan Hikmah

-->


Terima Kasih telah membaca Kisah Renungan, Tak Ada orang yang sempurna di blog sederhana dan kesayangan anda semua Berawal Dari Kehidupan Rating 5.0